Arief Natadiningrat (Sultan Raja Kasepuhan Cirebon)
Melihat
kondisi pembangunan kota Cirebon, banyak factor yang harus di perhatikan dari
sosial, ekonomi, pendidikan dan peran dari tokoh masyarakat. Di kota Cirebon
memiliki keraton-keraton yang menjadi tempat kebudayaan dan sejarah yang mana
masih menjadi panutan bagi sebagian masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Arief Natadiningrat sebagai Sultan Keraton Kasepuhan adalah salah satu tokoh masyarakat yang mewakili dari masyarakat keraton memaparkan sedikit tentang kondisi pembangunan kota Cirebon kepada Setara pada hari Senin (5/12) di tempat kediamannya. Berikut ini hasil wawancara Setara dengan beliau.
Perekonomian masyarakat Cirebon
Menurutnya
ekonomi Cirebon relatif
bagus dari segi denah Cirebon sebagai pusat bisnis, kota wisata, dan jasa
sehingga ekonomi stabil dan baik, namun dari segi kesejahteraan ekonomi
masyarakatnya sendiri masih banyak yang menganggur, kemiskinan yang masih
banyak, kesehatan yang kurang, dan tempat huni yang tidak layak seraya menghela
nafas sultan Arief
menyebutkan jumlah “6000 penduduk di sekitar keraton sendiri 40% banyak yang jobles ada yang menganggur dan bekerja
serabutan” menurutnya,
berdasarkann data
yang di dapat dari laporan RW setempat.
Pendidikan Atau Pembodohan
Dengan
serius Sultan Arief
mengomentari persoalan pendidikan. Katanya “infrastruktur sekolah di kota
Cirebon dari SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi memenuhi standar karena
sedah menjadi tujuan menarik siswa/mahasiswa untuk masuk ke sekolah tersebut.
Tapi banyak pula masyarakat yang berteriak mahal, itu dirasakan sendiri karena
banyak yang meminta tolong.”
“Banyak yang putus sekolah dari Sekolah Dasar padahal sebagai langkah membangun kota Cirebon sendiri, sekitar 6% dari pendidikan SMP yang putus sekolah” tambahnya.
Peran keraton Saat Ini
“Keraton
sekarang hanya sebagai peninggalan
budaya dan sejarah saja. Namun harapan masyarakat terpaku pada keratin untk
sosial masyarakat Cirebon sendiri” menurut Sultan Arief yang saat diwawancarai sedang menjalani Puasa
di bulan Muharram.
Dengan pemerintahan di Cirebon sendiri Sultan Arief sering menjadi mitra, tokoh untuk musyawarah, dan pembentukan Perda, ”saya sering kirim surat untuk pemerintah Propinsi dan pusat untuk diadakan pelatihan bagi pemuda yang menganggur untuk keterampilan dari pembuatan batik, ukiran, sablon, dan makanan khas Cirebon untuk SDM dan pembangunan kota Cirebon sebagai pusat ekonomi di bidang perdagangan dan tempat wisata” menurutnya.
(Tri Utomo)
0 komentar:
Posting Komentar