ADA sebuah anekdot yang mengatakan bahwa untuk mengetahui sedalam apa pengetahuan dan wawasan seseorang, dapat dilihat dari jumlah buku yang ia punya. Tentu saja anggapan ini tidak sepenuhnya benar, apalagi jika buku-buku yang orang tersebut punyai hanya menjadi penghias dalam lemari maupun rak belajarnya semata. Mungkin untuk sebagian orang buku atau bacaan yang panjang masih saja menjadi sosok yang membosankan dan membuat mual jika dikonsumsi di dalam keseharian atau pun untuk dijadikan objek hobi ketika waktu luang membanjiri hari mereka. Padahal jika disadari, banyak sekali manfaat dari membaca, Namun, banyak orang yang sangat enggan membaca buku, sekalipun buku bacaan yang dibaca berhubungan dengan aktivitas belajar formalnya baik itu sekolah maupun kampus.
Banyak factor yang mempengaruhi kemalasan membaca, bahkan ada sebagian orang yang lebih nyaman untuk menikmati pembelajaran melalui indera penglihatan dan pendengarannya sekaligus, sebut saja melalui media film/video visual bersuara ketimbang membangun imajinasi yang tak terbatas ketika otak terstimulus dalam membaca dan memahami rangkaian kata yang berjejer dalam sebuah buku. Apalagi di era kemajuan teknologi saat ini, dimana kemudahan menyimpan data yang tersedia dalam format digital dengan menggunakan berbagai piranti teknologi, terasa semakin menyingkirkan kepopuleran buku dengan alasan lebih praktis dan ringkas untuk disimpan dan dibaca. Memang benar, bahwa dalam sebuah gadget dapat menyimpan ratusan bahkan ribuan entri judul buku dalam memorinya. Namun apakah hal tersebut dapat menjadi jaminan akan kenyamanan sesorang dalam membaca? Terlebih lagi berdasarkan hasil temuan sekelompok peneliti dari Jepang menemukan bahwa orang yang cenderung membaca tulisan dengan intensitas tinggi melalui media perangkat elektronik (handphone, Smartphone, Komputer, dsb) cenderung akan mengalami gangguan penglihatan yang lebih cepat ketimbang orang yang membaca secara konvensional (Koran, Majalah, Buku, dsb). Hal itu dikarenakan pada saat membaca pada layar elektronik, retina mata akan terkena paparan radiasi sinar LCD. Mata akan cenderung bekerja lebih keras dan turut mempengaruhi syaraf yang berhubungan ke otak, sehingga dapat menyebabkan kelelahan mata dan beberapa gangguan lainnya yaitu tengkuk leher belakang terasa pegal, pusing, mata agak terasa mulas hingga terkadang menjalar sampai ke kontraksi perut dibarengi dengan munculnya keringat dingin. Jika sudah mengalami gejala-gejala yang disebutkan diatas, sebaiknya anda menghentikan sejenak aktivitas membaca anda melalui perangkat elektronik tersebut beberapa saat. Namun, diluar pembahasan tadi, terlepas dari media apa yang digunakan untuk membaca, harus disadari bahwa sampai saat ini, membaca adalah satu-satunya media pembelajaran diri paling efektif dalam menunjang penambahan kapasitas wawasan, pengetahuan, perbendaharaan kata dalam memori otak, hinggga turut berpengaruh kepada sistematika berfikir seseorang.
Terlebih lagi dalam era keterbukaan informasi saat ini, menjadi orang yang banyak tahu dan berwawasan luas seakan sebuah hal mutlak dan kebutuhan yang mendasar dalam kompetisi SDM dimanapun anda berada. Dan untuk mencapai hal tersebut, seseorang harus mulai memaksa dirinya sendiri untuk terbiasa membaca dan memperhatikan segala tulisan yang tentunya harus di mulai dari saat ini melalui media buku tutorial , majalah, Koran, tabloid, novel, dll. Namun banyak orang yang sulit untuk membiasakan membaca sebuah tulisan panjang dengan ribuan karakter, apalagi dengan komposisi satu warna dan huruf yang kecil tanpa adanya gambar/foto layaknya sebuah buku komik bercerita.
Apakah anda termasuk dalam orang yang mempunyai kesulitan dalam membaca sebuah tulisan panjang? Jika ia, alangkah baiknya untuk mengikuti beberapa tips langkah berikut:
1. Kurangi kegiatan-kegiatan yang jika dirasakan benar-benar tidak memberikan arti dan manfaat bagi kehidupan anda seperti bergosip, nongkrong gak jelas, melamun di kamar, bermalas-malasan, shopping dan menghabiskan uang, dan beberapa kegiatan hedonis lain yang meracuni kehidupan anda.
2. Niatkan membaca sebagai rutinitas keseharianmu seperti kamu mengkonsumsi makanan untuk bertahan hidup. Anggap tulisan adalah makanan bagi kehidupanmu. Maka mulailah membaca dari paragraf-paragraf sederhana hingga buku-buku tebal. Baca sebanyak kamu mengkonsumsi makananmu.
3. Buat daftar bacaan. Ini penting! Sama seperti bermain game, jika kamu memiliki target atas bacaanmu dan menantikan manfaat dari hasil membacamu maka buatlah daftar bacaanmu.
4. Cari recommended references. Jika kamu sudah cinta dengan bacaan-bacaan sederhanamu maka mulailah untuk membaca buku yang sedikit berat dan terekomendasikan. Contoh: jika kamu ingin mengerti politik dan kamu sama sekali buta dengan politik, cari orang yang dirasa tahu beberapa judul bacaan/buku yang sangat direkomendasikan dan masukan dalam daftar bacaanmu. Tentunya kamu tidak mau hasil membaca mu sia-sia hanya karena kamu salah memilih bacaan.
5. Tuntaslah jika membaca. Jangan pernah kamu mengacak-acak bacaan mu! Sama seperti cara kamu mengkonsumsi makanan, jika cara membacamu juga tidak beretika(mengacak-acak) itu mengartikan kepribadianmu yang rumit dan tidak pernah tuntas dalam melakukan suatu hal. Ketuntasan disini bukan harus membaca sekaligus pada satu waktu, tetapi jika kamu belum menyelesaikan suatu bacaan, jangan coba-coba memulai bacaan baru untuk dibaca, selesaikan yang belum selesai dibaca hingga tuntas, barulah memulai bacaan baru. Bukan hanya manfaat yang gagal kamu raiih jika kamu membaca setengah-setengah, tapi juga untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pesan dari bacaan yang kamu baca.
Setelah mencerna Tips bagaimana cara menghadapi suatu bacaan panjang yang dipaparkan diatas tentunya tidak sedikit bagian dari dirimu yang tergetar untuk membuka pikiranmu dan memulai untuk membaca dan menjamah dunia dengan hobi barumu ‘membaca’. Good luck!
(Lenny)
(Lenny)
0 komentar:
Posting Komentar