UNSWAGATI,
(05/1/2012) di sela kesibukan yang terjadi di kampus, tim Setara berkesempatan
untuk bertemu dengan ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)
Unswagati, Ibu Dr. Hj Ida Rosnidah, SE.
MM. AK (45) untuk berbincang soal implementasi Tri Dharma Unswagati.
“HIDUP bahagia di dunia, mati masuk surga”
sebuah kalimat yang sangat inspiratif dilontarkan oleh ketua LPPM Unswagati.
Beruntung Setara berkesempatan
berbincang dengan salah satu tokoh wanita yang aktif dalam bidang pengadian
masyarakat dan biasa dipanggil Ibu Ida. Wanita kelahiran Cirebon, 18 Juni 1967
ini sangat suka membaca dan mengaku tidak suka dengan kegaduhan ini adalah alumnus
dari SMA Negeri 2 Cirebon. Memulai karirnya dengan menjadi Yunior Auditor KAP
(1989) setelah mendapat gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Padjadjaran,
Bandung. Sebelum menjadi dosen di Unswagati dan menjadi konsultan seperti saat
ini, beliau sempat menjadi dosen pengajar di Universitas Muhammadiyah Palembang.
Istri dari Ir. H. Budi Widyarta, MT ini menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai
tokoh inspiratif dalam hidupnya. Berikut
ini adalah hasil wawancara ekslusif Setara
dengan beliau.
Setara :
Apa visi dan misi ibu sebagai ketua LPPM di Unswagati ?
Bu Ida : Saya
sebetulnya menginginkan Unswagati ini bisa menjadi Universitas riset .Selain
dibidang pengajarannya. Yang pertama saya akan membudayakan hobi meneliti dan
melakukan pengabdian kepada masyarakat. Jadi misinya memotivasi dosen untuk
melakukan penelitan sebagai salah satu implementasi dari Tri Darma Perguruan
Tinggi.
Setara : Apa
saja program dan proritas unggulan yang akan dilakukan oleh LPPM ke depan?
Bu Ida : Terwujudnya hasil-hasil
penelitian yang bisa meningkatkan IPTEK bagi kesejahteraan masyarakat banyak,
kemudian jika di bidang pengabdian masyarakat yaitu program bantuan dana bergulir
bagi masyarakat ekonomi lemah itu hasil kerjasama antarta LPPM dan yayasan Al Mahmud
yang diketuai pak Rektor dan juga ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Cabang
Cirebon. Dalam bantuan kali ini, kita memberikan pinjaman tanpa agunan, tanpa
bunga kepada masyarakat ekonomi lemah yang sedang dan akan melakukan wirausaha
di seluruh wilayah III Cirebon.
Saat ini program
ini sudah berjalan 3 bulan, di launching sejak 7 oktober 2011. Sampai saat ini
sudah 111 orang dengan nilai bantuan yang telah disalurkan kurang lebih Rp.58 .400.000
program ini melibatkan para Mahasiswa sebagai AMEL (Agen Masyarakat Ekonomi
Lemah) dan sudah ada 17 mahasiswa yang direkrut, silahkan jika ingin bergabung.
Karena ini bentuk sarana pembelajaran dan pengabdian Mahasiswa kepada
masyarakat dalam bentuk survey dan cek riset kelayakan calon peminjam. Sedangkan
untuk syarat kriteria usahawan yang bisa dibantu ada tiga pilihan, diantaranya sudah
melakukan wirausaha (sudah jalan), yang kedua ialah warga yang baru memulai
usaha (ventura), dan yang terakhir untuk warga yang mengalami kebangkrutan tapi si wirausaha itu mau memulai usahanya
lagi.
Setara :
Fungsi Unswagati menurut ibu harus seperti apa?
Bu Ida : Fungsinya? Maksudnya dilihat dari
apa? Pengabdiannya atau penelitiannya?
Setara :
Pengabdian.
Bu Ida : Fungsi Perguruan
Tinggi dilihat dari pengabdiannya harus
mengimplementasikan hasil pendidikan
yang ada di Perguruan Tinggi tersebut. Tentunya Perguruan Tinggi jangan berdiam
di atas menara gading, ngerti kan maksud saya? Jadi harus
membaur dan membumi kepada masyarakat langsung. Perguruan tinggi harus
memposisikan diri menjadi masyrakat sebagai stake holder yang mengangkat
kesejahteraan masyarakat.
Setara : Bagaimana
pandangan ibu dalam melihat kondisi /kiprah Unswagati untuk saat ini dan di masa
yang akan datang?
Bu Ida : kalau menurut
saya dengan Unswagati yang akan menjadi PTN , Unswagati akan meningkat kesejahteraan
masyarakat sekitar ,kita bandingkan dengan Purwokerto sebelum dan sesudah ada Unsoed
(Unversitas Jendral Sudirman), ketika ada Unsoed masyarakat sekitar terangkat
taraf kesejahteraannya dengan banyaknya lapangan pekerjaan seperti tempat
makan, kosan dan lain-lain merupakan bukti dengan adanya Perguruan Tinggi tersebut
meningkatkan perekonomian disekitarnya.
Setara : Apa kritikan,saran dan harapan ibu untuk Unswagati
yang sudah menginjak usia 51 tahun?
Bu Ida : Kritikan
saya untuk Unswagati ,Unswagati harus bisa menjadi perguruan tinggi unggulan di
nasional. Tentunya dengan mengedepankan fungsi dalam pengabdian masyarakat.
Orang munghkin akan tau unpad,ui,itb tapi Unswagati belum banyak yang tahu maka saya berharapan untuk kedepan Unswagati harus bias dikenal
seperti perguruan tinggi tersebut
Setara : Apa kritikan ,saran dan harapan ibu untuk mahasiswa Unswagati saat ini?
Bu Ida : Kalau untuk
mahasiswa (melihat dari pengalaman ibu) ,memang tidak semua mahasiswa seperti
itu tapi saya melihat banyak mahasiswa yang niat
kuliah belum optimal, jadi semangat belajarnya itu loh. Dan mahasiwa kurang berminat untuk menulis karya ilmiah
indikatornya tidak ada satupun mahasiwa yang ikut dalam lomba karya ilmiah yang
diadakan LPPM dalam rangka dies natalis,itu yang membuat saya sedih padahal
mahasiwa kita 12.000 loh. Jadi harapan ibu untuk mahasiswa ada kemauan
/minat untuk membaca, menulis ,meneliti
padahal apabila mahasiwa mau ,ibu yakin para dosen siap untuk membimbing.
Setara : terimakasih atas
waktu dan informasi yang ibu berikan, semoga Unswagati menjadi perguruan tinggi
riset untuk pengabdian masyarakat akan terus berlanjut dan semakin meningkat
menjadi Universitas unggulan tingkat Nasional.
Ibu Ida : sama-sama.
(Ran-Yun)
0 komentar:
Posting Komentar